Search site

Contact

SMK MUHAMMADIYAH 2 BELIK PEMALANG
Jl. KH Ahmad Dahlan 50B Belik Pemalang

(0284) 3285393

smkmbp@yahoo.co.id

Blog

This section is empty.

PERAN GURU DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA

04/09/2010 21:46

Keberhasilan seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas motivasi, kepercayaan diri, dan kreativitas guru itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal lebih ditekankan kepada sarana serta iklim sekolah yang bersangkutan.

Dalam makalah ini, penulis akan mencoba membahas tentang kreativitas seorang guru dalam mengajar, sebagai asumsi yang dinilai mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan belajar sendiri adalah suatu proses yang harus dan dituntut tetap ada dalam diri setiap manusia adalah belajar. Dengan belajar, manusia akan menjadi lebih baik, tidak terjebak pada kesalahan/kegagalan yang sama, cerdas, bijaksana, adil, taat kepada Allah SWT, juga mendapat sejuta kebaikan lain.

Sebagai suatu proses tanpa henti, belajar seharusnya dilakukan setiap waktu, di setiap tempat dan kesempatan. Sedangkan formalitasnya dilakukan di sekolah, sebagai rangkaian kegiatan belajar yang dilembagakan dalam rangka membentuk konsep manusia seutuhnya. Ironisnya, belajar, meskipun merupakan bagian yang tidak bisa ditawar-tawar dalam kehidupan manusia, seringkali menjadi kegiatan yang tidak menarik perhatian. Rasa malas dan rendahnya motivasi menjadi fenomena umum. Implikasinya, prestasi siswa pun menurun. Tak berhenti di situ, keengganan serta rasa malas itu juga dapat menjalar pada sikap-sikap negatif lainnya, misalnya tawuran, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena anak yang tidak tertarik belajar, itu mengalihkan rasa ketertarikannya pada hal lain yang lebih menantang dan menarik bagi mereka. Kalau sudah begini, guru dan orang tua baru tersentak dan segera mencari solusi. Berbagai teori, kiat, maupun nasihat diingat kembali. Tak jarang usaha-usaha yang mereka lakukan itu gagal atau berhasil sementara, karena mengubah perilaku tak semudah membalik telapak tangan.

Berbagai teori yang diperuntukkan bagi peningkatan motivasi dan semangat belajar tak lagi kuasa menunjukkan kekuatannya, karena hanya dimunculkan, didiskusikan, dan diharapkan akan diterapkan.

Penerapan inilah yang sulit dibahasakan pada praktik belajar sehari-hari. Kemalasan belajar sebenarnya muncul dari kata belajar itu sendiri. Dalam masyarakat kita, makna belajar tereduksi menjadi hanya berupa aktivitas di dalam kelas, harus ada buku, guru, dan siswa, serta ada target-target yang harus dikuasai. Dengan pemahaman ini, maka kata belajar menjadi sangat membosankan. Saat ini yang dimunculkan bukan motivasi internal, tapi malah motivasi eksternal.

Pemahaman Islam mengenai belajar, sangatlah berorientasi pada motivasi internal. Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa manusia ditekankan untuk menuntut ilmu dari buaian sampai liang lahat. Pemahaman ini kemudian dijadikan konsep untuk menggiatkan belajar seumur hidup (long life education). Surat Al Mujadilah [58] ayat 11 mengungkapkan, ''Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu sebanyak beberapa derajat”. Mengapa seorang Muslim mau belajar seumur hidup? Motivasi belajar dalam Islam bukanlah untuk mencari pekerjaan. Dalam Islam, belajar itu ibadah atau sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Karena bagian dari ibadah, maka umat Islam harus melakukannya sepanjang hidup.

Jika motivasi belajar adalah untuk mendapatkan pekerjaan, maka pembodohan terhadap pemahaman belajar sudah sangat membahayakan. Orang yang sudah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan tujuannya, tidak mau lagi belajar. Oleh karena itu sebagai guru tidak hanya dituntut memunculkan motivasi eksternal saja tetapi lebih penting lagi memunculkan motivasi diri.

Kreativitas pada dasarnya merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta) dan berkreasi. Implementasi dari kreativitas seseorang pun tidaklah sama, bergantung kepada sejauh mana orang tersebut mau dan mampu mewujudkan daya ciptanya menjadi sebuah kreasi ataupun karya.

Dalam hal ini pula, seorang guru misalnya harus mampu mengoptimalkan kreativitasnya, khususnya yang tertuang dalam sebuah bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya, selain menjadi seorang pendidik, seorang guru pun harus bisa menjadi seorang kreator. Sebagai contoh, kreativitas yang bisa diterapkan oleh seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, adalah dengan menciptakan sebuah model pembelajaran yang dekat dengan keseharian siswa secara nyata. Artinya, seorang guru harus mampu menyinergikan pelajaran, dengan kenyataan yang biasa ditemukan dalam kesehariannya. Misalnya, dalam pembelajaran fisika. Minat siswa terhadap fisika misalnya, diakui atau tidak responsnya pasti akan berbeda. Artinya, ada siswa yang suka dan ada pula yang tidak.

Tetapi pada sisi lain, hampir keseluruhan siswa menyukai film, musik maupun lagu. Ketiga hal tersebut apabila dikonvergenkan atau digabungkan, maka akan menjadi sebuah solusi yang cukup menarik. Karena itu, seorang guru sebagai seorang kreator harus mampu menyiasati ketiga hal tersebut. Misalnya, dengan cara mengubah pola pikir di kalangan siswa tentang pemahaman fisika. Bahwa fisika tidak berkutik pada rumus-rumus eksak dan teorinya, tetapi sebuah materi fisika bisa juga dihadirkan dan dieksperimenkan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan cara mengubahnya menjadi sebuah hobi atau kegemaran tersendiri misalnya dalam bermain musik selain kita mengetahui chord musik dari situ kita juga bisa menerapkannya pada materi gelombang.

Dengan cara mengeksperimenkan atau mendemonstrasikan sebuah alat musik,  maka motivasi para siswa dalam belajar gelombang misalnya, menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari respons dan antusiasme siswa dalam menerpkan suatu konsep fisika yang telah diterapkan melalui eksperimen dalam kehidupan sehari-hari. Respons mereka pun bermacam-macam, ada yang mengatakan bahwa dengan eksperimen dapat menerapkan konsep lebih mudah..

Hal tersebut mengindikasikan, bahwa pembelajaran yang kreatif dan inovatif, cukup ampuh untuk memotivasi siswa dalam belajar baik secara langsung maupun tidak lansung. Yang paling menarik, adalah ketika siswa mendapatkan sesuatu yang baru dan mereka menyukainya, maka besar kemungkinan motivasi mereka dalam mempelajari hal yang lainnya akan terus meningkat.

Karena itu, apa pun bidang studi yang digelutinya dan bagaimanapun pelajaran tersebut disampaikan, maka kreativitas serta aktivitas seorang guru, harus mampu menjadi inspirasi dan memberikan motivasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi. Karena pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang terealisasi dalam keseharian siswa itu sendiri dengan baik

Memotivasi siswa, bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan seorang siswa melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi si guru dan murid. Paling tidak sebagai seorang guru harus tahu bahwa siswa melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya. Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi murid atau orang pada umumnya, yaitu: pertama, motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya siswa patuh pada guru karena takut dihukum.

Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. Seorang siswa mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. seorang siswa yang telah menemukan misi belajarnya ia akan belajar berdasarkan nilai (values) yang diyakininya.

Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam lingkungannya. siswa yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya belajar bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (nilai, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi belajarnya.

Untuk menjadi manajer yang efektif dan dapat memotivasi siswa untuk mencapai sasaran pembelajaran, maka ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama adalah membangkitkan inner motivation dari siswa itu sendiri dengan menjanjikan berbagai prestasi yang akan dicapai. Guru sebagai pemimpin dalam kelas perlu berbagi dengan siswanya untuk secara bersama melihat visi secara jelas dan mengapa melakukannya. Motivasi yang benar akan tumbuh dengan sendirinya ketika seorang siswa telah dapat melihat visi yang jauh lebih besar dari sekadar pencapaian target belajar. Sehingga setiap siswa dalam kelas dapat belajar dengan lebih efektif karena didorong oleh motivasi dari dalam dirinya.

Hal kedua dan ketiga yang perlu dilakukan oleh seorang guru efektif adalah memberikan pujian yang tulus dan teguran yang tepat. Guru dapat membuat siswa melakukan sesuatu secara efektif dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Bahkan dalam bukunya yang melegenda, Dale Carnegie (How to Win Friends and Influence People) menempatkan ini sebagai prisip pertama dan kedua dalam menangani siswa, yaitu: (1) jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh, dan (2) berikan penghargaan yang jujur dan tulus. siswa pada prinsipnya tidak senang dikritik, dicemooh atau dicerca, tetapi sangat haus akan pujian dan apresiasi. Tetapi kritik atau teguran yang tepat seringkali justru diperlukan untuk membangun tim kerja yang kokoh dan handal. Yang penting dalam menegur siswa adalah bukan pada apa yang kita sampaikan tetapi cara menyampaikannya. Teguran yang tepat justru dapat menjadi motivasi dan menimbulkan reaksi yang positif pada siswa.

Penelitian yang dilakukan dalam lima puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa motivasi belajar tidak semata didasarkan pada nilai yang diperoleh . Ketika kebutuhan dasar (to live) seorang siswa terpenuhi, maka dia akan membutuhkan hal-hal yang memuaskan jiwanya (to love) seperti kepuasan belajar, penghargaan, respek, suasana belajar, dan hal-hal yang memuaskan hasratnya untuk berkembang (to learn), yaitu kesempatan untuk belajar lebih dan mengembangkan dirinya. Sehingga akhirnya siswa belajar atau melakukan sesuatu karena nilai, ingin memiliki hidup yang bermakna dan dapat mewariskan sesuatu kepada yang dicintainya (to leave a legacy).

Seorang guru  harus mampu mengoptimalkan kreativitasnya, khususnya yang tertuang dalam sebuah bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya, selain menjadi seorang pendidik, seorang guru pun harus bisa menjadi seorang kreator selain sebagai fasilitator.

Pada saat sekarang ini guru tidak hanya dituntut hanya memberikan materi pelajaran tetapi lebih penting lagi memotivasi muridnya untuk rajin belajar, ini sangat penting karena dengan memotivasi belajar baik tujuan jangka pendek yakni memperoleh nilai yang baik tujuan jangka panjang pun bisa tercapai.

Sebagai suatu proses tanpa henti, belajar seharusnya dilakukan setiap waktu, di setiap tempat dan kesempatan. Sedangkan formalitasnya dilakukan di sekolah, sebagai rangkaian kegiatan belajar yang dilembagakan dalam rangka membentuk konsep manusia seutuhnya.