Alat praktik buatan SMK Belik diminati
PEMALANG - Produksi alat praktik otomotif buatan SMK Muhammadiyah Belik Pemalang mulai diminati konsumen. Bahkan pesanan kini tidak hanya datang dari kalangan sekolah di lokal Pemalang saja, namun sudah merambah ke luar kota, seperti Purbalingga, Semarang dan lain-lain.
Bertambahnya jumlah pesanan itu karena produknya sudah mulai dikenal. Sementara dari sisi harga, juga mampu bersaing dengan alat sejenis di pasaran.
Menurut Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Belik, Ating Nugroho SH, produksi alat praktik di sekolahnya dimulai sejak empat tahun silam. Namun saat itu alat yang dihasilkan masih dalam bentuk yang sederhana. Seiring dengan perkembangan waktu, alat praktik yang dihasilkan semakin beragam. Mulai dari alat peraga mesin kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, alat kelistrikan maupun berbagai sistem kendaraan yang lain.
Ide untuk memproduksi alat praktik sendiri, menurut Ating, bermula dari adanya alumni yang sebenarnya berbakat, namun masih menganggur. Untuk memberdayakan mereka, akhirnya alumni tersebut ditarik kembali ke sekolah untuk bekerja di laboratorium teknik.
”Jadi para alumni selain dihitung sebagai pekerja, mereka juga sekaligus untuk praktik bersama siswa-siswa yang masih dalam tahap pembelajaran,” katanya.
Sementara untuk mengatasi kendala modal pembuatan mesin praktik, pihak sekolahan terpaksa membeli barang-barang dari pasar loak atau pun dari pihak asuransi yang kualitasnya masih bagus, untuk kemudian direkondisi kembali. Selain itu bagi pemesan alat juga diwajibkan untuk membayar uang panjar sebesar 30% dari alat yang dipesan.
Dengan stategi semacam ini ternyata harga barang produksi yang dihasilkan dapat ditekan hingga mencapai 75% dari harga pasaran. Sementara untuk kualitas barang juga tetap dapat diandalkan.
Kendala
Sayangnya dalam menyelesaikan produknya, menurut Ating Nugroho, masih dihadapi kendala soal keterbatasan ruang praktik. Sebab ruang praktik yang saat ini ada lokasinya bersebelahan dengan ruang kelas yang setiap hari digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Sementara jika pekerjaan harus dilakukan seusai jam belajar maka pengerjaan akan memakan waktu yang lebih lama karena keterbatasan waktu.
Untuk itulah ke depan diharapkan ruang produksi bisa dipindahkan ke lokasi yang agak jauh dari ruang kelas, sehingga produksi bisa tetap lancar. Di sisi lain, kegiatan belajar mengajar juga tidak terganggu. Apalagi saat ini tanah yang akan digunakan untuk membangun laboratorium sudah tersedia.